“Ia Menjadikan Segala-galanya Baik”

“Ia Menjadikan Segala-galanya Baik”

“Ia Menjadikan Segala-galanya Baik”

Hari Minggu Biasa XXIII, 8 September 2024

Yes. 35:4-7a; Yak. 2:1-5; Mrk. 7:31-37

 

Judul renungan ini dikutip utuh dari sebuah tulisan seorang Ekseget, Rm. Martin Harun, OFM. Beliau seorang Dosen Teologi Biblis emeritus(pensiun). Diambil karena, pada saat renungan ini disiapkan, terdapat situasi-nyata yang merefleksikan “baik”. Yaitu, kita dalam situasi BKSN 2024, yang akan membincangkan Pertemuan-2, dan, kedatangan atau hadirnya Pemimpin Gereja kita, Bapa Suci, Paus Fransiskus. Semoga, ini merupakan kasih karunia-Nya kepada kita sebagai umat-Nya dan sebagai sebuah bangsa.

+++

Perikop untuk Minggu Biasa ini diambil dari Injil menurut Markus, akhir bab ketujuh. Diceritakan perjalanan Yesus dengan para murid kembali ke Galilea, setelah mewartakan Kabar Gembira di daerah Tirus dan Sidon. Saat melewati daerah Dekapolis, dibawa kepada-Nya seseorang yang tuli dan gagap. Kisah yang hanya diceritkan di Injil menurut Markus. Dan Pembawa memohon kepada Yesus untuk meletakkan tangan-Nya atas orang itu. Apa yang diceritakan berikutnya, memang bisa membuat kening berkerut. Karena, cara Yesus menyembuhkan orang itu sangat unik. Bagaimana tidak? Pertama Yesus memisahkan mereka berdua dengan orang banyak. Lalu, memasukkan jari-Nya ke telinga si sakit, meludah dan menyentuh lidah orang itu. Selanjutnya, sambil menengadah ke langit, berseru, “Effata”, “Terbukalah”! Orang itu sembuh: bisa mendengar dan bicara!

Ternyata, situasi baik yang diceritakan di atas telah tertulis dalam kitab Nabi Yesaya. Persisnya, sebuah nubuat sang Nabi kepada saudara sebangsanya, bahwa akan tiba saatnya dimana “mata orang buta akan dicelikkan, dan telinga orang tuli akan dibuka.” Mereka yang tawar hati dikuatkan karena akan datang masa yang baik berkat kasih-Nya(Bacaan 1).

+++

Apa yang bisa menjadi ‘inspirasi’ dan sekaligus motivasi bagi kita dalam tahun Solidaritas dan Subsidiaritas ini? Pertama, manusia membutuhkan bantuan-Nya agar mampu mendengarkan dan berbicara dengan baik. Karena, di jaman dimana teknologi dan ilmu pengetahuan begitu maju, bukan tidak mungkin manusia ‘menutup telinga’ dan ‘berlaku bisu’ terhadap warta yang tidak langsung bermanfaat baginya. Jika menguntungkan, barulah didengar atau diucapkan. Dengan kisah ini, dan juga yang akan dibicarakan dalam Pertemuan BKSN, dimana “Allah menjadi dasar pengharapan dalam kesulitan”(pertemuan 1) dan “Allah memulihkan kemuliaan manusia”(pertemuan 2): semoga kita dikuatkan menyosong masa yang baik, walau saat ini masih dalam kesulitan. Kedua, walau yang disembuhkan hanya satu orang, tetapi terjadi di hadapan orang banyak! Hendaknya hal itu mejadi tanda bahwa ‘kesembuhan’ itu berlaku bagi setiap orang yang berharap dan memohon kepada-Nya. Ketiga, dalam keseharian, kita diingatkan oleh Rasul Yakobus untuk berbagi kasih kepada semua orang secara sama. Atau, dalam kitabnya ditulis, “Tanpa memandang muka”, karena Yesus telah mengajarkan demikian. Semoga!

Sebagai penutup renungan, Selamat merayakan Hari Minggu Biasa ke-23 bersama semua saudara. Dan, marilah bersama-sama melambungkan pujian dan permohonan, “Pujilah Tuhan, hai jiwaku.” (Mzm. 146:1).

Shalom!