Keberanian Menaklukkan Ketakutan

Keberanian Menaklukkan Ketakutan

Keberanian Menaklukkan Ketakutan
1 Oktober 2024

Bacaan untuk Hari Ini
Bacaan Selasa Minggu Biasa Kedua Puluh Enam

Peringatan Santo Thérèse dari Kanak-kanak Yesus, perawan dan pujangga Gereja

 

Ketika hari pengangkatan Yesus telah genap, dia dengan tegas memutuskan untuk melakukan perjalanan ke Yerusalem, dan dia mengirim utusan terlebih dahulu. Lukas 9:51–52

Tak lama setelah Yesus berbicara kepada murid-murid-Nya tentang penderitaan, kematian, dan kebangkitan-Nya yang akan datang, kita membaca bahwa Yesus “bertekad untuk melakukan perjalanan ke Yerusalem.” Ada banyak hal yang perlu direnungkan dalam pernyataan singkat itu.

Pertama-tama, Yerusalem adalah tempat Bait Suci di mana pengorbanan hewan dalam Perjanjian Lama dilakukan sebagai gambaran dari pengorbanan tunggal dan terakhir yang akan datang. Yesus datang ke dunia ini sebagai Anak Domba Allah, Korban Kurban yang akan mati demi dosa-dosa kita. Dia mengetahui tujuan akhir-Nya di dunia ini, dan Dia tahu bahwa hal itu memerlukan banyak penderitaan. Pengetahuan tentang penderitaan-Nya di masa depan adalah konteks dasar dari bacaan hari ini.

Ketika penderitaan dan kematian Yesus semakin dekat, Dia menjadi semakin bertekad dalam kehendak manusiawi-Nya untuk memenuhi kehendak Bapa dengan menyerahkan nyawa-Nya. Tentu saja, Yesus selalu memenuhi kehendak Bapa, namun sedikit demi sedikit perwujudan tekad Yesus secara manusiawi menjadi semakin nyata. Kebajikan khusus manusia yang perlahan-lahan terwujud adalah keberanian. Keberanian rohani adalah kemampuan supernatural untuk menerima kehendak Bapa ketika kehendak-Nya menuntun seseorang ke dalam kehidupan yang penuh pengorbanan. Dalam sifat kemanusiaan kita yang sudah jatuh, kita cenderung menghindari pengorbanan. Kita sering berupaya menghindari konflik dan penderitaan serta menerapkan cara hidup yang mudah. Oleh karena itu, menghadapi penderitaan di masa depan akan menimbulkan godaan terhadap rasa takut—dan rasa takut tersebut membutuhkan keberanian untuk mengatasinya. Ketika penderitaan-Nya semakin dekat, godaan untuk merasa takut semakin kuat dan, sebagai hasilnya, sifat keberanian-Nya yang sempurna menjadi lebih nyata. Perhatikan bahwa Yesus tidak hanya memutuskan untuk pergi ke Yerusalem untuk mempersembahkan nyawa-Nya sebagai korban, Dia juga “bertekad dengan tegas” untuk melakukan hal tersebut. Tidak ada keraguan, tidak ada keraguan terhadap kehendak Bapa, tidak ada keraguan, tidak ada rasa takut. Kasih pengorbanan-Nya yang sempurna perlahan-lahan menjadi nyata untuk dilihat semua orang.

Alasan lain mengapa Yesus bertekad untuk melakukan perjalanan ke Yerusalem adalah untuk menyaksikan kasih-Nya kepada murid-murid-Nya. Mereka sendiri membutuhkan keberanian.  Jadi, ketika mereka mendengarkan Yesus berbicara tentang apa yang akan terjadi di Yerusalem dan ketika mereka menyaksikan tekad-Nya yang tak tergoyahkan, mereka juga disemangati dan dikuatkan untuk mengatasi godaan rasa takut. Tentu saja, mereka baru menyempurnakan kebajikan itu di kemudian hari ketika mereka juga mengikuti jejak Tuhan kita, menyerahkan nyawa mereka sendiri sebagai martir.

Renungkan, hari ini, apa yang menyebabkan ketakutan dan kecemasan dalam hidup Anda sendiri. Jika penderitaan itu disebabkan oleh Anda sendiri, berusahalah untuk memperbaikinya. Namun jika penderitaan itu adalah sebuah salib yang Tuhan ingin Anda peluk dengan cinta, maka lakukanlah dengan penuh pengorbanan dan tekad yang kuat. Jangan takut dengan beratnya salib yang diberikan kepada Anda dalam hidup. Salib yang kita dipanggil untuk dipeluk selalu mampu diubah menjadi rahmat. Izinkan keberanian tumbuh dalam diri Anda dan izinkan kesaksian Tuhan kita untuk menyemangati Anda saat Anda berusaha meniru kasih pengorbanan-Nya.

Tuhanku yang pemberani, Engkau menghadapi penderitaan-Mu dengan penuh keberanian, kekuatan, penyerahan diri dan harapan. Anda melihat nilai pelukan bebas Anda atas penderitaan Anda dan memilihnya dengan segenap kekuatan jiwa Anda. Berilah aku rahmat yang kubutuhkan, ya Tuhan, untuk juga dengan tegas menentukan perjalanan menuju salib, aku dipanggil untuk memeluknya dalam hidup, sehingga pelukan bebasku pada salib akan mempersatukanku lebih penuh dengan-Mu. Yesus, aku percaya pada-Mu.

https://catholic-daily-reflections.com/2024/09/30/courage-to-conquer-fear-3/