Kerugian Segalanya dan Keuntungan Lebih Banyak
Kerugian Segalanya dan Keuntungan Lebih Banyak
Sabtu, 10 Agustus 2024
Pesta Santo Lawrence, Diakon dan Martir
Bacaan untuk Hari Ini
Barangsiapa mencintai nyawanya maka ia akan kehilangan, dan barangsiapa membenci nyawanya di dunia, maka ia akan memeliharanya untuk kehidupan yang kekal. Yohanes 12:25
Ini adalah salah satu dari banyak pernyataan Yesus yang kuat dan bahkan mengejutkan. Pernyataan serupa dari Yesus ditemukan dalam keempat Injil. Dalam versi Yohanes ini, kata “cinta” dan “benci” digunakan. Dengan mencintai hidup kita, kita kehilangannya, tetapi dengan membenci hidup kita, kita melestarikannya. Saat pertama kali membacanya, orang mungkin berpikir bahwa kata “cinta” dan “benci” itu secara tidak sengaja terbalik. Ada yang mungkin menyimpulkan bahwa apa yang Yesus maksudkan adalah, “Barangsiapa membenci nyawanya, ia kehilangan nyawanya” dan “siapa mengasihi nyawanya, ia mempertahankannya.” Namun bukan itu yang Dia katakan. Dia justru mengatakan sebaliknya.
Harus dipahami bahwa kata “cinta” dan “benci” di sini tidak digunakan seperti yang biasa kita gunakan. Dalam ayat ini, Yesus menggunakan kata “kasih” untuk merujuk pada keegoisan atau keegoisan. Dan Dia menggunakan kata “benci” untuk merujuk pada sikap tidak mementingkan diri sendiri atau pengorbanan diri. Dengan kata lain, siapa pun yang egois dalam hidup pada akhirnya akan kehilangan segalanya, tetapi siapa pun yang benar-benar tidak mementingkan diri sendiri dan memberi diri dalam hidup pada akhirnya akan mendapatkan segalanya.
Ajaran Tuhan kita yang mendalam ini sulit untuk dipahami tanpa karunia rahmat. Nalar manusiawi kita sendiri mungkin bergumul dengan gagasan bahwa hidup tanpa pamrih itu baik. Sangat mudah untuk menyimpulkan secara rasional bahwa jauh lebih baik meninggikan diri kita sendiri di hadapan orang lain. Pikiran rasional mungkin menyimpulkan bahwa kebahagiaan dan “kehidupan yang baik” ditemukan dalam perolehan kekayaan, status, kekuasaan, dan rasa hormat dari semua orang. Namun bentuk kehidupan yang mementingkan diri sendiri ini, meskipun menggoda pada tingkat kemanusiaan, sebenarnya adalah jalan menuju kehilangan segala sesuatu yang benar-benar baik. Sebaliknya, hanya ketika kita mengijinkan kasih karunia Tuhan untuk mempengaruhi nalar manusiawi kita, kita akan sampai pada kesimpulan bahwa tidak mementingkan diri sendiri dan bukan egois adalah yang terbaik. Tidak mementingkan diri sendiri artinya mata kita selalu tertuju pada kebaikan orang lain. Artinya kita tidak duduk dan memikirkan diri sendiri. Artinya, kita berkomitmen penuh untuk melayani Tuhan dan sesama, apa pun risikonya. Kita harus memberikan segalanya dalam pelayanan dan kasih kepada Tuhan dan itulah satu-satunya cara Tuhan memberikan kembali kepada kita lebih dari yang kita harapkan.
Santo Lawrence, yang kita hormati saat ini, adalah seorang diaken dan martir pada abad ketiga. Orang suci yang agung ini benar-benar menyerahkan segalanya, termasuk nyawanya, untuk mengatakan “Ya” kepada Tuhan. Sebagai diakon di Gereja Katedral di Roma, ia diserahi tugas membagikan sedekah kepada masyarakat miskin yang membutuhkan. Pada bulan Agustus tahun 258, Kaisar mengeluarkan dekrit yang menyatakan bahwa semua pendeta harus dihukum mati. Setelah paus dibunuh, mereka mendatangi Lawrence dan, sebelum membunuhnya, memintanya untuk menyerahkan semua kekayaan Gereja. Dia meminta waktu tiga hari untuk mengumpulkan harta itu, dan selama tiga hari itu, dia membagikan semua yang dia bisa kepada orang-orang miskin. Kemudian, pada hari ketiga, dia menghadapkan dirinya ke hadapan prefek dan tidak membawa serta kekayaan materi Gereja, melainkan kekayaan sejati. Dia membawa orang-orang miskin, cacat, buta dan menderita serta menyatakan bahwa Gereja benar-benar kaya dan orang-orang yang bersamanya adalah harta sejati Gereja. Prefek, dalam kemarahan, menghukum mati Lawrence dengan api, yang mana Lawrence dengan bebas tunduk.
Renungkan, hari ini, panggilan Kristiani yang tinggi yang telah diberikan kepada Anda untuk menjalani kehidupan yang sepenuhnya tidak mementingkan diri sendiri dan memberikan diri sendiri dalam segala hal. Jika ternyata Anda paling sering memikirkan diri sendiri, maka cobalah ubah kebiasaan itu. Arahkan pandangan Anda kepada Tuhan dan pelayanan kepada orang lain. Cobalah untuk lebih peduli pada kebutuhan orang-orang di sekitar Anda daripada kekhawatiran Anda sendiri. Lakukanlah hal ini karena inilah panggilan Yesus untuk kita lakukan, dan jika Dia memanggil kita untuk hidup tanpa pamrih, maka kita harus mengetahui dan percaya bahwa hal ini pada akhirnya akan bermanfaat.
Tuhanku yang penuh pengorbanan, Engkau memberikan hidup-Mu yang berharga kepada semua orang karena cinta. Penyerahan diri-Mu secara total menghasilkan keselamatan bagi mereka yang mau menerima anugerah mulia ini. Bantulah aku untuk tidak hanya membuka diriku terhadap anugerah-Mu yang diberikan secara cuma-cuma ini, namun juga untuk meniru kehidupan tanpa pamrih-Mu dengan memberikan diriku dalam pelayanan kepada-Mu dan orang lain. Santo Lawrence, diakon dan martir, doakanlah kami. Yesus, aku percaya pada-Mu. (sumber : https://catholic-daily-reflections.com/2024/08/09/the-loss-of-all-and-the-gain-of-more-3/)
Komentar (0)