“Menjadi Pelayan dari Semua”
“Menjadi Pelayan dari Semua”
Hari Minggu Biasa XXV, 22 September 2024
Keb. 2:12,17-20; Yak. 3:16-4:3; Mrk. 9:30-37
Mzm. 54:3-4.5.6.8
Huruf ‘P’ dari kata ‘Pelayan’ dalam judul di atas, sengaja ditulis dengan huruf besar, alias kapital. Ini dimaksudkan untuk menyampaikan bahwa melayani adalah suatu perbuatan yang baik. Dengan begitu, seorang ‘Pelayan’ dihubungkan dengan perbuatan baik, dan sering ‘menjadi yang terakhir’. Dan kedua istilah itu, “Pelayan dan menjadi yang terakhir” merupakan salah satu pengajaran Yesus yang sangat mendalam!
+++
Perikop untuk Minggu Biasa XXV diambil dari Injil menurut Markus, bab kesembilan. Dalam amatan, perikop itu dapat dikatakan terdiri dari tiga cerita pendek. Pendek, namun mengandung makna yang sangat mendalam! Yang pertama, dikisahkan bahwa Yesus dalam perjalanan menuju ke Yerusalem dari Kaisarea Filipi(8:27).[Kita semua tentu tahu apa arti tujuan ke Yerusalem]. Mereka melewati Galilea secara rahasia, karena Yesus sedang fokus pada pengajaran kepada para murid. Dalam arti, sejauh mungkin menghindar untuk bertemu dengan orang banyak. Dan, dalam perjalanan itu, Yesus, untuk kedua kalinya, memberitahukan kepada mereka bahwa “Ia akan diserahkan, dibunuh, dan sesudah tiga hari bangkit.” Allah menyerahkan Anak Manusia, Putra Tunggal-Nya ke dalam tangan(kekuasaan) manusia. Dan ini menjadi ‘jalan’ bagi Allah untuk membawa keselamatan kepada orang banyak, seperti yang tertulis di dalam Kitab Kebijaksanaan(Bacaan pertama). Para murid belum memahami kata-kata Yesus itu. Namun, mereka sungkan untuk bertanya. Bahkan, dalam lanjutan perjalanan, mereka ‘meributkan’ siapa yang terbesar di antara mereka! Agak tragis memang! Sementara Yesus, Anak Manusia, berjalan menuju tempat penderitaan dan kematian-Nya, para murid-Nya mempertengkarkan ‘siapa yang terbesar di antara mereka’! Itulah yang membuat mereka diam!, ketika ditanya Yesus sesampainya di rumah di Kapernaum. Begitupun, situasi ini dimaksimalkan oleh Sang Guru untuk menyampaikan pengajaran tentang menjadi ‘Pelayan dan menjadi yang terakhir’. Ini inti dari cerita kedua. Mengetahui situasi batin para murid-Nya, maka Yesus mengambil seorang anak kecil dan menempatkannya di tengah-tengah mereka. Dan, terdengarlah pengajaran-Nya tentang siapa saja yang menyambut-Nya seperti seorang anak kecil dalam nama-Nya, berarti menyambut Yesus, Sang Juru Selamat, dan juga, menyambut Bapa yang mengutus-Nya! Inti pengajaran lainnya.
+++
Apa yang bisa menjadi ‘inspirasi’ dan sekaligus motivasi bagi kita dalam tahun Solidaritas dan Subsidiaritas ini? Pertama, menjadi seorang Pelayan itu mempunyai makna yang luas, termasuk ‘menjadi yang terakhir’. Kedua, dalam kehidupan nyata, manusia lebih memilih menjadi Pembesar, yang bisa mengatur orang lain. Hasrat ini mempunyai konsekuensi. Termasuk adanya persaingan yang tajam, yang bisa menimbulkan iri hati, mementingkan diri sendiri, dan sejenisnya. Inilah yang menjadi ‘keprihatian’ dari Rasul Yakobus(Bacaan kedua). Manusia perlu mewaspadainya! Dalam Kerajaan Allah, melayani dengan hati, menjadi inti dari pewartaan. Ketiga, ketika manusia menyambut Yesus, Sang Guru mulia dengan ‘apa adanya’, berarti kita menjadi anak-Nya dan sekaligus memuliakan Bapa yang mengutus-Nya ke dunia. Juga, nanti, saat parosia. Semoga!
Sebagai penutup renungan, “Selamat merayakan Hari Minggu Biasa ke-25 bersama semua saudara.” Dan, marilah bersama-sama melambungkan pujian dan permohonan, “Tuhanlah yang menopang aku.” (Mzm. 54:6b).
Shalom!
Komentar (0)