“Yesus Sumber Hidup Kekal”

“Yesus Sumber Hidup Kekal”

“Yesus Sumber Hidup Kekal”

Minggu, 12 Maret 2023,

Pekan III Prapaskah,

(Kel. 17:3-7; Rm.5:1-2,5-8; Yoh. 4:5-15,19b-26,39a,40-42) Mzm. 95:1-2,6-7,8-9

Untuk Minggu ketiga Prapaskah, Injil suci dimulai dengan sebuah ‘situasi’. Yaitu, terjadi kegelisahan di antara orang Farisi di Yerusalem, disebabkan murid-murid Yesus telah membaptis lebih banyak orang daripada Yohanes pembaptis. Kaum Farisi kuatir bahwa ‘ajaran baru’ sedang berkembang. Kita tahu, daerah Yudea, khususnya Yerusalem, adalah ‘markas’ kaum Farisi. Maka Yesus dan para murid kembali ke Galilea. Jalan pintasnya adalah melalui Samaria, yang terletak antara Yudea di Selatan dan Galilea yang di Utara.

Dalam  perjalanan yang meletihkan, Yesus beristirahat di tepi Sumur Yakub, yang terletak di kota Sikhar, di Samaria. Sumur yang airnya tidak pernah berhenti mengalir, yang diberikan Yakub kepada anaknya Yusuf. Sementara, para murid mencari makanan ke kota. Sekitar pukul dua belas siang, datanglah seorang wanita Samaria untuk mengambil air di sumur itu. Biasanya, orang mengambil air di pagi dan sore hari. Yesus meminta air untuk diminum, namun sang perempuan menanggapi dengan, “... masakan orang Yahudi meminta air kepada seorang wanita Samaria.” Memang, ada latar belakang sejarah yang panjang tentang sentimen orang Yudea ke orang Samaria; begitu juga sebaliknya. Dan inilah permulaan percakapan panjang di antara keduanya. Yesus, setahap demi setahap meyakinkan sang perempuan tentang “Sumber Air Hidup”, bahwa “Dia lah Mesias” yang diyakini oleh sang perempuan, serta “penyembah benar akan menyembah Bapa dalam roh dan kebenaran.” Akhir percakapan panjang itu adalah: sang perempuan dan saudara se kota menjadi percaya bahwa Yesus adalah “sang Mesias” dan juga adalah “Sumber Air Hidup kekal”.

+++

Mengenai air, yang sangat dibutuhkan, juga diminta oleh bangsa Yahudi yang sedang dalam perjalanan ke tanah terjanji. Mereka berkemah di tempat yang disebut Rafidim. Mereka bersungut-sungut kepada Musa!, tentang tidak adanya air yang baik untuk diminum. Sedemikian rupa mereka bertengkar dengan Musa, sehingga Musa mengadu kepada Allah. Setelah menerima firman Allah, maka Musa memukulkan tongkat gembalanya ke gunung batu, yang di atasnya Allah berada. Karena gerutu kaum Israel, maka tempat itu  dinamai Masa dan Meriba. Itulah kisah dari Bacaan pertama.

+++

Inspirasi apa yang dapat dipetik agar menjadi bagian aksi nyata kita, dimasa-masa mendatang? Pertama, Tuhan Yesus mengajarkan, dengan menunjukkan, bahwa setiap manusia adalah sama di hadapan Sang Pencipta. Entah dari Yudea, entah dari Samaria atau latar belakang lainnya, bisa menerima karunia yang sama dalam menyembah Allah. Kasih Bapa adalah untuk semua, universal. Bukankah itu artinya ‘katolik’? Kedua, Yesus mengajarkan bahwa sudah datang saatnya manusia menyembah dalam ‘roh dan kebenaran’, yaitu, ketika manusia membiarkan diri dituntun oleh daya yang datang dari atas sana, yang betul-betul dapat memberi kelegaan, yang menuntun ke hidup kekal. Dan, yang datang dari atas sana, Tuhan Yesus, bukan? Ketiga, Rasul Paulus kepada jemaat di Roma menyampaikan bahwa manusia yang dibenarkan karena iman, hidup dalam damai sejahtera dengan Allah oleh karena Tuhan kita, Yesus Kristus(Bacaan kedua). Semoga, iman kita semakin diteguhakan dalam masa retret agung ini.

Akhirnya, selamat merayakan Ekaristi di Minggu ketiga masa Prapaskah bersama semua saudara.

Semoga, semua kita, semakin dikuatkan untuk ‘mencari’ Sumber Hidup yang kekal, dan bersama-sama ikut melantunkan mazmur,

“Pada hari ini, kalau kamu mendengar suara Tuhan, janganlah bertegar hati.”

(Mzm. 95:8)

Shalom