Kontras yang Kuat

Kontras yang Kuat

Yesus berkata kepada orang-orang Farisi, ”Ada seorang kaya yang mengenakan pakaian ungu dan linen halus serta makan dengan mewah setiap hari. Dan terbaring di depan pintunya ada seorang miskin bernama Lazarus, penuh dengan bisul, yang dengan senang hati akan memakan sisa makanan yang jatuh dari meja orang kaya itu. Anjing bahkan sering datang dan menjilat lukanya.” Lukas 16:19–21

Salah satu alasan kisah ini begitu kuat adalah karena adanya perbedaan deskriptif yang jelas antara orang kaya dan Lazarus. Kontrasnya tidak hanya terlihat pada ayat di atas, namun juga terlihat pada hasil akhir kehidupan mereka masing-masing.

Sebaliknya, kehidupan orang kaya tampak jauh lebih diinginkan, setidaknya di permukaan. Dia kaya, mempunyai rumah untuk ditinggali, berpakaian bagus dan makan mewah setiap hari. Sebaliknya, Lazarus miskin, tidak punya rumah, tidak punya makanan, penuh luka dan bahkan menanggung hinaan seperti anjing yang menjilati luka-lukanya. Di antara orang-orang berikut, Anda lebih suka menjadi yang mana?

Sebelum Anda menjawab pertanyaan itu, pertimbangkan perbedaan kedua. Ketika keduanya meninggal, mereka mengalami nasib kekal yang sangat berbeda. Ketika orang malang itu meninggal, dia “dibawa pergi oleh para malaikat”. Dan ketika orang kaya itu meninggal, dia pergi ke alam baka, di mana siksaan terus-menerus terjadi. Jadi sekali lagi, Anda lebih memilih menjadi orang yang mana?

Salah satu kenyataan hidup yang paling menggoda dan menipu adalah iming-iming kekayaan, kemewahan dan hal-hal indah dalam hidup. Walaupun dunia material itu sendiri tidaklah buruk, ada godaan besar yang menyertainya. Faktanya, jelas dari cerita ini dan dari banyak ajaran Yesus lainnya mengenai topik ini bahwa iming-iming kekayaan dan pengaruhnya terhadap jiwa tidak dapat diabaikan. Mereka yang kaya akan hal-hal duniawi sering kali tergoda untuk hidup demi dirinya sendiri ketimbang hidup demi orang lain. Ketika seseorang memiliki semua kenyamanan yang ditawarkan dunia ini, sangatlah mudah untuk menikmati kenyamanan tersebut tanpa mempedulikan orang lain. Dan itu jelas merupakan perbedaan yang tidak terucapkan antara kedua pria ini.

Meskipun miskin, jelaslah bahwa Lazarus kaya akan hal-hal yang penting dalam kehidupan. Hal ini dibuktikan dengan pahala-Nya yang kekal. Jelaslah bahwa dalam kemiskinan materinya, ia kaya akan sedekah. Orang yang kaya akan hal-hal duniawi jelas miskin dalam amal dan, dengan demikian, setelah kehilangan kehidupan fisiknya, dia tidak punya apa-apa untuk dibawa. Tidak ada manfaat abadi. Tidak ada amal. Tidak ada apa-apa.

Renungkan, hari ini, apa yang Anda inginkan dalam hidup. Sering kali, tipu daya kekayaan materi dan harta benda duniawi mendominasi keinginan kita. Bahkan, mereka yang mempunyai sedikit pun dapat dengan mudah termakan nafsu tidak sehat tersebut. Sebaliknya, berusahalah untuk hanya menginginkan apa yang kekal. Menginginkan cinta kepada Tuhan dan cinta terhadap sesama. Jadikan ini satu-satunya tujuan hidup Anda dan Anda pun akan dibawa pergi oleh para malaikat ketika hidup Anda selesai.

Ya Tuhanku Yang Maha Kaya, Engkau memilih menjadi miskin di dunia ini sebagai tanda bagi kami bahwa kekayaan sejati datang bukan dengan kekayaan materi tetapi dengan cinta. Bantulah aku untuk mencintai-Mu ya Tuhanku dengan segenap keberadaanku dan untuk mencintai orang lain sebagaimana Engkau mencintai mereka. Semoga saya cukup bijaksana untuk menjadikan kekayaan rohani sebagai satu-satunya tujuan hidup saya sehingga kekayaan ini dapat dinikmati selamanya. Yesus, aku percaya pada-Mu.

 

sumber : https://catholic-daily-reflections.com/2024/02/28/a-powerful-contrast-3/