"Hidup Yang Berbuah"

"Hidup Yang Berbuah"

Hidup Yang Berbuah

Minggu, 16 Juli 2023
(Yes. 55 : 10-11; Rm. 8 : 18-23; Mat. 13 : 1-9 (Mat. 13: 1-23)

Walau perkembangan beberapa tahun belakangan ini sudah sangat menggembirakan, namun tetap harus diakui bahwa kita orang-orang Katolik masih kalah dibandingkan saudara-saudara kita yang Prostestan dalam hal minat membaca dan memahami Kitab Suci. Kalau kita buat survey kecil-kecilan dengan menanyakan beberapa orang, jawabannya klasik; Kitab Suci susah dimengerti, bahkan ada yang memberi alasan suci; “yang penting khan berbuat baik, tidak nyakitin dan merugikan orang lain ... “ Pertanyaannya adalah, apakah mereka yang mengatakan “yang penting khan berbuat baik, tidak nyakitin dan merugikan orang lain ... “ sudah begitu yakin bahwa tindakan baiknya telah sesuai dengan kehendak Allah ? Baik menurut siapa ? Bagaimana jika sebenarnya Allah menghendaki kita untuk berbuat sesuatu dan tidak pasif saja ?

Umat Tuhan yang terkasih, hidup yang berbuah adalah hidup yang selaras dengan kehendak Tuhan dan itu hanya mungkin jika kita benar-benar memahami apa yang Tuhan kehendaki. Kita sebagai orang Katolik sesungguhnya harus bersyukur. Untuk membangun Iman, Yesus melalui Gereja-NYA telah membekali kita dengan sarana yang cukup. Kitab Suci, Tradisi dan Magisterium Gereja sangat cukup untuk membekali kita untuk membangun Iman yang benar. Selain itu, dari sisi kita sebagai manusia juga diperlukan kerendahan hati dan kehendak yang kuat untuk membangun hidup yang berbuah yaitu hidup yang selaras dengan kehendak Tuhan itu. Kerendahan hati dan kehendak yang kuat dapat di umpamakan sebagai pupuk yang akan menyuburkan hati kita agar siap menerima setiap Firman dan semua ajaran Tuhan yang kita dengar.

Lalu, seperti apa manusia yang berbuah itu ? Manusia yang berbuah adalah manusia yang membiarkan dirinya dipimpin oleh Roh Kudus dan buah-buah yang dihasilkan adalah; kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemahlembutan dan penguasaan diri (bdk Gal 5:22–23). Kongkritnya ? Kita analogikan sebuah pohon. Ketika sebuah pohon menghasilkan buah yang melimpah, manis dan segar, siapa yang terutama  merasakan buahnya itu ? Apakah pohon itu sendiri atau bukan ? Tentu saja bukan pohon itu yang menikmati buahnya sendiri, melainkan manusia yang menikmati manis dan segarnya buah dari pohon tersebut. Demikian juga dengan buah-buah Iman kita terutama harus dapat dirasakan oleh orang lain. Perbuatan kita harus dapat mencerminkan kehadiran Kristus yang adalah Kasih, sukacita, damai sejahtera, sabar, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemahlembutan dan penguasaan diri. Kehadiran kita harus membawa sukacita dan damai sejahtera bagi orang lain. St. Hieronimus mengajarkan bahwa “ ... Kekristenan dibentuk, dan bukan bakat yang diwariskan... Mari kita berubah agar kita berbuah.

Selamat hari Minggu – selamat bertemu Tuhan di dalam Ekaristi - Tuhan memberkati.