"Allah Beserta Kita"

"Allah Beserta Kita"

HARI MINGGU BIASA XII

Allah beserta Kita

(Ayb.38:1,8-11; 2Kor. 5:14-17; Mrk. 4:35-40)

Kisah tentang Yesus meredakan angin ribut, di atas sebuah danau, terdapat di ketiga Injil Suci Sinoptik: Matius, Markus dan Lukas. Inti ceritanya sama, namun sedikit berbeda dalam cara mengisahkannya. Dalam Injil Suci untuk Minggu Biasa ini, Santo Markus menceritakan itu, sebagai cara Yesus mengajar para murid-Nya: “…dan tanpa perumpamaan Ia tidak berkata-kata kepada mereka, tetapi kepada murid-murid-Nya Ia menguraikan segala sesuatu dengan cara tersendiri (Mrk. 4:34). “Mereka” yang dimaksud adalah orang banyak, yang sepanjang bab empat mendapat pengajaran melalui beberapa perumpamaan. Dengan ayat di atas, maka kita bisa melihat pembedaan cara Yesus mengajar: kepada orang banyak dan kepada para murid. Pembedaan yang bagaimana? Atau, dengan cara bagaimana Yesus menyampaikan “misteri Kerajaan Allah” kepada murid-murid-Nya? Inilah yang mau disampaikan oleh Markus, yaitu bahwa Yesus sendiri sebagai perumpamaan yang hidup. Sang Guru yang tidur di buritan, dibangunkan oleh para murid, dan, berkata kepada danau itu: “Diam! Tenanglah!” Dan, “hardikan-Nya” itu membuat murid-murid sangat takut dan berkata seorang kepada yang lain: “Siapa gerangan orang ini, sehingga angin dan danau pun taat kepada-Nya?”

Kitab Ayub, menurut seorang ahli, sejatinya bertema tentang “orang benar yang menderita” (Hadianto, J., LBI 2018). Dijelaskan bahwa seluruh isi Kitab Ayub terdiri dari bagian puisi (Ayb. 3:1-42:6) yang diapit oleh dua bagian prosa (Ayb. 1-2 dan 42:7-17). Dengan begitu, maka Bacaan pertama, dalam bentuk puisi, Allah memberikan jawab kepada Ayub, setelah sekian lama, Ayub merasa, Allah diam saja terhadap segala penderitaannya: “Maka dari dalam badai TUHAN menjawab Ayub; Siapa telah membendung laut dengan pintu, Ketika membual ke luar dari dalam Rahim?” (ay. 1&8, dan seterusnya). Badai tidak hanya dipahami sebagai kiasan untuk menandakan penghakiman ilahi, tetapi juga untuk menunjukkan kehadiran Allah. Tuhan menyelidiki pemahaman Ayub akan tentang “penciptaan”, yang memperlihatkan kekuasaan dan kedaulatan-Nya. Pada akhirnya, Ayub yang tetap setia kepada Allah, dan mendapatkan berlimpah anugerah. 

Inspirasi apa yang dapat kita maknai dari Injil Suci dan Bacaan lainnya untuk Minggu ini?

Dalam serial pengajaran Api Karunia Tuhan, Bapak Uskup Ignatius Kardinal Suharyo memaparkan tentang inspirasi. Inspirasi ada pada tataran vertikal, yaitu, iman kita mendorong, mengajak, mewajibkan bahkan, kita semua, orang beriman, untuk bersetia kawan. Karena dari Atas (vertikal), maka semua pengajaran Kristus adalah inspirasi bagi kita.

Kembali ke perikop Injil Suci menurut Markus. “Mengapa kamu begitu takut? Mengapa kamu tidak percaya?”, bisa menjadi inspirasi kepada kita semua. Dalam situasi mengancam, dalam gelombang angin ribut kehidupan, seperti situasi pandemi yang kita hadapi, selayaknya kita tidak takut. Jangan takut! Apalagi jika sampai tidak percaya bahwa TUHAN tetap “ada” dan memperhatikan umat-Nya. Tentu itu bukan berarti kita tenang-tenang saja. Bukan! Kita, sebagai umat beriman, tetap mengusahakan segala yang dimungkinkan, saling membantu, untuk menghindar dari situasi pandemi. Bimbingan Pemimpin kita, baik Pemimpin rohani dan Pemerintah, kita taati. Seperti juga Ayub, yang sangat menderita walau dia orang baik, hanya mampu bertahan karena percaya bahwa Allah tidak pernah meninggalkan umat-Nya. Dan, itu jugalah yang ditekankan Rasul Paulus kepada jemaat di Korintus: Kristus telah mati untuk semua orang, dan telah dibangkitkan juga untuk semua orang. Oleh karena itu, selayaknya senantiasa berada dalam Kristus Yesus (Bacaan kedua).

Selaku manusia yang terbatas, jika dalam kesesakan, semoga, tetap berseru kepada Tuhan: “Maka berseru-serulah mereka kepada TUHAN dalam kesesakan mereka, dan dikeluarkan-Nya mereka dari kecemasan mereka, …” (Mzm. 107:28).