Arti Masa Adven Yang Dirayakan Sebelum Natal

Arti Masa Adven Yang Dirayakan Sebelum Natal

Adven adalah periode 4 minggu sebelum hari Natal, yaitu masa di mana Gereja memperingati kedatangan Tuhan Yesus yang pertama kali ke dunia dan mempersiapkan kedatangan Tuhan Yesus yang kedua kalinya. Masa Adven tahun ini dimulai dari 3 Desember 2023

Kata “Adven” berasal dari kata Latin adventus atau bahasa Yunaninya, parousia, artinya kedatangan. Maka masa Adven adalah masa yang dipusatkan pada kedatangan Kristus sebagai Mesias dan Raja. Oleh karena itu, bacaan-bacaan Alkitab yang dipilih pada masa Adven ini memuat kitab-kitab Perjanjian Lama yang menggambarkan kedatangan Mesias dan pada Perjanjian Baru tentang kedatangan Yesus kembali sebagai Hakim yang mengadili semua bangsa; dan juga pembacaan tentang kisah Yohanes Pembaptis yang mempersiapkan jalan bagi kedatangan Yesus.

Katekismus Gereja Katolik mengatakan demikian mengenai Adven:

“KGK 524 : Dalam perayaan liturgi Adven, Gereja menghidupkan lagi penantian akan Mesias; dengan demikian umat beriman mengambil bagian dalam persiapan yang lama menjelang kedatangan pertama Penebus dan membaharui di dalamnya kerinduan akan kedatangan-Nya yang kedua (lih. Why 22:17). Dengan merayakan kelahiran dan mati syahid sang perintis, Gereja menyatukan diri dengan kerinduannya: “Ia harus makin besar dan aku harus makin kecil” (Yoh 3:30).”

Karena Adven merupakan peringatan persiapan kelahiran Kristus dan penjelmaan-Nya di dunia, maka sangat layaklah masa Adven diletakkan di pembukaan tahun liturgi. Namun demikian, Adven bukanlah bagian dari perayaan masa Natal, tetapi persiapannya. Oleh karena itu Gereja Katolik umumnya tidak menyanyikan lagu-lagu Natal atau menggunakan bacaan Natal sebelum perayaan Natal itu sendiri, yaitu Malam Natal 24 Desember dan Hari Raya Natal 25 Desember.

Hari Natal hanya dapat dipahami dengan baik jika telah dipersiapkan di dalam masa Adven. Persiapan ini semestinya bukan persiapan yang bersifat hura-hura sekular, dengan aneka belanja ini-itu, tetapi lebih kepada persiapan batin untuk mengarahkan hati kepada kehendak Tuhan, saat kita merenungkan nabi dan raja – menantikan kedatangan Penyelamat dunia, yaitu Allah Putera yang menjelma menjadi manusia.

Sebagai lambang persiapan batin menyambut kelahiran Yesus Kristus pada hari Natal, maka selama empat minggu Masa Adven dipasang ‘lingkaran Adven’ dengan empat lilin yang setiap minggunya dinyalakan satu dan pada minggu keempat Masa Adven dinyalakan semuanya.

Mengapa menggunakan lilin? Lilin yang menyala melambangkan Yesus Kristus yang membawa terang ke dalam dunia yang gelap (Yoh 1:1-8). Jadi dengan lilin yang dinyalakan tiap minggu ini kita ditolong mempersiapkan diri untuk menerima Terang itu yaitu Yesus Kristus yang datang ke dunia untuk menyelamatkan manusia.

Adapun lilin-lilin lingkaran Adven itu memiliki dua warna: tiga buah berwarna ungu dan satu buah berwarna merah muda (warna merah muda memiliki konotasi arti sukacita dan kebahagiaan). Lilin yang berwarna merah muda dinyalakan pada Hari Minggu Adven ketiga (disebut juga Gaudete Sunday) atau pada Hari Minggu Adven keempat (disebut juga Laurete Sunday). Ini maksudnya mengingatkan bahwa Natal sebentar lagi akan tiba. Pada Hari Minggu Adven ketiga dan keempat umumnya, Gereja Katolik menggunakan warna liturgi merah muda (pink/rose) pada jubah Pastor/imam, maksudnya untuk menandai bahwa saat hari Minggu Adven ketiga itu kita telah berada di pertengahan masa Adven. Warna lilin dan jubah paster merah muda digunakan hanya pada hari Minggu-nya saja (dan bukan pada hari-hari sesudahnya) karena setiap hari Minggu pada dasarnya adalah hari perayaan, di mana kita memperingati hari kebangkitan Kristus. Sedangkan pada hari-hari biasa kita kembali menerungkan masa pertobatan pada masa Adven, sehingga warna yang digunakan adalah tetap ungu.

Walaupun tidak dapat diketahui secara pasti dan definitif kapan Gereja memperingati masa Adven, namun diketahui bahwa sejak masa Gereja awal, umat beriman telah menantikan dengan rindu kedatangan Kristus kembali, saat Ia mengalahkan kejahatan dan mengadili orang hidup dan mati (lih. KGK 680-682).

Peringatan masa Adven yang paling jelas terlihat pada abad ke 6. Namun sebelumnya telah tercatat perayaan dan masa puasa yang menyerupai masa Adven. St. Hillarius dari Poitiers (367) dan Konsili di Saragossa (380) telah mengajarkan tiga minggu masa puasa sebelum Epifani. Paus Leo Agung (440-461) dalam homilinya telah mengajarkan tentang masa puasa pada bulan Desember sebelum Natal. The Gelasian Sacramentary (750) memuat bahan-bahan liturgi untuk ke-5 hari Minggu sebelum Natal, demikian juga setiap hari Rabu dan Jumat. Tema dalam Adven adalah penantian dan persiapan hati menyambut Kristus, sehingga yang dilakukan serupa dengan masa puasa dan pantang, dan terutama maksudnya adalah sebagai masa pertobatan.

Pada masa Reformasi, banyak gereja Protestan yang tidak lagi menerapkan perayaan dan masa-masa liturgis yang ditetapkan oleh Gereja Katolik. Walaupun demikian, masih ada juga gereja-gereja Protestan yang mempertahankan masa Adven, contohnya, gereja Anglikan. Dewasa ini gereja-gereja non-Katolik ada yang kembali mulai memperingati Adven, seperti Lutheran, Methodist, dan Presbyterian, atau gereja-gereja lainnya yang mulai memasukkan Adven dalam perayaan ibadah mereka dalam kadar yang berbeda-beda. Namun memang secara umum, dapat dilihat bahwa gereja-gereja Protestan kebanyakan menganggap Adven sebagai “perayaan awal” Natal, sedangkan bagi Gereja Katolik Adven adalah masa persiapan menuju hari Natal.

Memang jika diperhatikan, Gereja Katolik mempunyai kalender liturgi setiap tahunnya yang merupakan siklus yang berputar dari masa Adven, Natal, masa biasa, Masa Prapaska, Paska, Pentakosta, masa biasa, dan kemudian ke masa Adven tahun berikutnya. Ini merupakan permenungan yang tak terputus tentang sejarah keselamatan manusia. Dengan adanya kalender liturgi ini, maka Gereja Katolik ingin membantu kita untuk tidak melupakan hal-hal yang terpenting dalam hidup kita yaitu, rencana keselamatan Allah, yang dinyatakan lewat kelahiran/penjelmaan Kristus menjadi manusia, hidup-Nya, wafat dan kebangkitan-Nya. Kalender liturgi dibuat untuk membantu kita agar tidak terhanyut oleh kesibukan dunia, namun untuk terus mengingat rencana keselamatan Allah yang membentang dari masa Penciptaan (yang kita kenang pada Malam Paska) sampai kedatangan Kristus kembali di akhir jaman (yang kita kenang pada masa Natal). Kalender liturgis juga membantu kita merenungkan misteri Kristus dengan penghayatan yang terus berkembang, setiap tahunnya. Sehingga walau misteri yang direnungkan tetap sama dari tahun ke tahun, namun Allah tetap dapat mengajarkan sesuatu yang baru di dalamnya, sesuai dengan pertumbuhan iman kita. Dan Gereja juga mengingatkan untuk menyambut kedatangan-Nya, persiapan yang utama dan terpenting adalah pertobatan, agar kita dapat semakin menghayati makna rencana keselamatan-Nya. Itulah sebabnya baik sebelum Natal maupun sebelum Paskah, Gereja Katolik selalu mengajak umat-Nya untuk mempersiapkan hati dan batin: yaitu pada masa Adven sebelum Natal, maupun Prapaskah sebelum Paskah. Maka adalah baik jika kita merenungkan pada masa Adven ini, akan apa yang dapat kita lakukan untuk mempersiapkan diri untuk menyambut kedatangan-Nya, yaitu kelahiran-Nya kembali di dalam hati kita?

Sumber : ofmindonesia.org/ccn.indonesia