“Kemurnian Hati”

“Kemurnian Hati”

“Kemurnian Hati”

Minggu Pra Paskah III, 03 Maret 2024

(Kel. 20:1-17 ; 1 Kor. 1 :22-25 ; Yoh 2 : 13-25)

Rasanya kita sering sekali membaca atau mendengar perikop ini dan kita sudah tahu apa maksudnya. Cerita ini ada di semua Injil; selain Yohanes, juga ada di Injil Injil Sinoptik yaitu Matius, Markus dan Lukas. Namun sepertinya ada yang berbeda yang mau disampaikan oleh Yohanes. Mungkin itulah sebabnya mengapa Yohanes menempatkan thema Yeses Menyucikan Bait Allah di bagian awal seluruh tulisannya.

Secara umum kita paham bahwa apa yang dilakukan Yesus dengan mengusir para pedagang di Bait Allah adalah karena mereka berbisnis/berdagang atas nama ibadah. Para petinggi Bait Allah membuat peraturan bahwa semua hewan yang akan dipakai untuk korban persembahan harus di beli dari para pedagang di Bait Allah, kalau dibawa dari tempat lain dianggap tidak sah. Para pedagang ini tidak lain adalah orang-orang mereka juga. Bahkan Injil Sinoptik menyebutkan bahwa Bait Allah telah berfungsi sebagai sarang penyamun dan ini yang membuat Yesus marah. Kekuasaan yang luar biasa dari para pemuka agama Yahudi untuk menentukan sah atau tidaknya hewan yang akan dijadikan kurban telah dijadikan bisnis yang memberikan keuntungan besar bagi mereka.

Penulis Injil Yohanes memberikan kita pandangan dari sisi yang lain yang mencatat ingatan para Murid Tuhan Yesus tentang Mazmur 69 : 10 sebab gairah cinta untuk rumah-Mu menghanguskan Aku”. Ketiadaan cinta saat datang ke Bait Allah inilah yang membuat Yesus tidak senang. Umat datang hanya sebagai syarat formal belaka sebagai orang Yahudi karena memang ‘diwajibkan’ untuk beribadah di Bait Allah. Para pemuka Agama Yahudi memanfaatkan ’kewajiban’ beribadah ini untuk memperoleh keuntungan besar dari ketidakpahaman umat mengenai syarat-syarat hewan kurban. Makna kesejatian dari sebuah ibadah menjadi bias hanya karena persoalan syarat formal kurban persembahan.  Hal kedua yang disampaikan Yesus adalah mengenai siapa diri-NYA. Pernyataan Yesus “Runtuhkan Bait Suci ini, dan dalam tiga hari Aku akan mendirikannya kembali” adalah sebuah penegasan siapa diri-NYA sebenarnya.

Umat Tuhan yang terkasih, lalu apa pesan bagi kita yang hidup sekarang ini ? Biarlah momen prapaskah sekarang ini mengingatkan kita lagi bahwa ibadah yang sejati adalah ibadah yang berpusat pada Pribadi Yesus. Yesus yang bangkit adalah inti dari Paskah yang akan kita rayakan. Yesus adalah pusat dari seluruh ibadah kita dan kita melaksanakannya dengan segenap cinta. Kita datang setiap minggu untuk merayakan Ekaristi bukan lagi sekedar sebuah kewajiban belaka tetapi datang dengan penuh kerinduan untuk bertemu secara pribadi dengan Tuhan kita, Yesus Kristus.

Selamat hari Minggu, selamat bertemu Tuhan di dalam Ekaristi - Tuhan memberkati.