“Rekoleksi: Merenungkan Pewartaan”

“Rekoleksi: Merenungkan Pewartaan”

Hari Minggu Biasa XVI

“Rekoleksi: Merenungkan Pewartaan

Yer. 23:1-6; Ef. 2:13-18; Mrk. 6:30-34     

                             

Kapan bapak, ibu atau OMK yang dikasihi Tuhan Yesus, terakhir kali ikut rekoleksi? Terakhir maksudnya, sebelum pandemi meluas dan membatasi gerakan kita? Jika kita telusuri asal katanya, maka rekoleksi berasal kata Latin recollectionem, yang terbentuk dari dua kata: re dan colligere: mengumpulkan kembali. Jadi, selama proses rekoleksi, peserta dibimbing Romo, misalnya, untuk mengumpulkan dan menata kembali pengalaman yang lalu. Yang tentu, tujuannya untuk melakukan perbaikan ke depan. Dalam artian inilah, mungkin kita bisa mencoba, memahami tindakan Yesus mengajak para murid-Nya, yang disebut sebagai rasul-rasul untuk menyepi, “Marilah ke tempat yang sunyi, supaya kita sendirian, dan beristirahatlah seketika!”(ay.31). Ada alasan kuat untuk itu: begitu banyaknya orang yang datang dan pergi, sehingga makan pun mereka tidak sempat. Sementara, yang menjadi latar belakang perikop untuk Minggu Biasa ini adalah, kembalinya para rasul untuk bekumpul dengan Yesus, setelah melaksanakan perutusan, pergi berdua-dua, setelah dilengkapi dengan berkat dari Kristus(bdk.Mrk. 6b-13). Apa patokan kita untuk menduga bahwa Yesus mengajak para rasul untuk melakukan rekoleksi? Memang tidak ada informasi apa yang terjadi selama di atas perahu, saat mereka “mengasingkan diri dengan perahu ke tempat yang sunyi.” Dan, tempat ‘sunyi’ itu untuk kali ini adalah di atas perahu dengan Sang Guru. Namun, diberitahukan juga bahwa orang banyak yang melihat dan mengetahui tujuan mereka. Dan ternyata, orang banyak yang melalui darat, sampai lebih dahulu daripada rombongan Yesus yang dengan perahu. Logikanya, selayaknya yang dengan perahu bisa sampai lebih dahulu. Oleh karena itu, layaklah diduga bahwa para rasul sedang melakukan sesuatu bersama sang Guru, yang kita kenal dengan istilah rekoleksi.

 +++

Dalam Bacaan pertama, dikisahkan bagaimana nabi Yeremia mengkritik para gembala yang membiarkan kambing domba gembalaan Tuhan hilang dan terserak. Hilang dan terserak disebabkan perilaku mereka, seperti yang tertulis “melakukan apa yang jahat di mata Tuhan”(bdk. 2Raj. 23:32). Mari, kita coba telusuri siapakah gembala yang dimaksud sang nabi? Saat dipanggil, Yosia lah yang menjadi raja. Nabi Yeremia memuji sang raja Yehuda. Dan faktanya, di jaman raja Yosia lah terjadi sebuah reformasi. Setelah itu, sang raja digantikan oleh empat orang. Yang pertama adalah raja Yoahas, anaknya. Setelah itu Yoyakim, Yoyakhin dan Zedekia berurutan. Di zaman Zedekia lah terjadi pembuangan bangsa Yahudi. Dalam perikop untuk Minggu ini, sang nabi juga menyampaikan firman Tuhan, bahwa Tuhan akan menumbuhkan “Tunas adil bagi Daud.” Begitu besar kasih Allah kepada umat-Nya, walau umat sering menjauh dari Allah, dengan berbagai ulah yang tidak pantas. Dan, dapatlah kita tangkap bahwa yang dimaksud “Tunas Daud” tentulah Sang Penebus umat mansuia, Tuhan Yesus. Bukankah Yesus disebut keturunan Daud?

+++

Inspirasi apa yang dapat kita maknai dari Injil Suci dan Bacaan lainnya untuk Minggu ini? Dari Injil Suci, menurut Santo Markus, dapat dipetik pelajaran bahwa “setelah melakukan pewartaan, baiklah diadakan semacam evaluasi.” Bisa dalam bentuk rekoleksi, bisa bentuk lainnya. Di jaman sekarang, bisa dalam bentuk rapat kerja(tentu setelah pandemi berlalu). Atau, jika kita baru saja selesai dengan sebuah pelayanan, alangkah baiknya jika “duduk menyendiri sejenak” untuk refleksi tentang apa yang telah dilakukan dengan baik, dan apa yang selayaknya ditingkatkan pada kesempatan berikutnya. Begitu pula, dalam kegiatan pelayanan. Layaklah jika menyediakan waktu untuk rehat, termasuk untuk menguatkan tubuh dengan asupan makanan(dan minuman). Maksudnya, diatur waktunya sedemikian rupa, sehingga tidak terjadi “sampai lupa makan”. Sementara, dari Bacaan pertama, kita diingatkan bahwa apa pun yang kita lakukan dalam pelayanan, maka rencana Tuhan yang akan terjadi. Walau dalam keadaan yang jauh dari baik, seperti saat ini. Inilah saat yang tepat untuk berjalan menurut rencana Tuhan. Ibarat ungkapan yang bijak, “Manusia boleh berencana, Tuhan lah yang menentukan; Homo proponit, sed Deus disponit.”

Untuk mengakhiri renungan kali ini, mungkin ada baiknya kita mendengarkan apa yang disampaikan rasul Paulus kepada umat di Efesus, “Tetapi sekarang di dalam Kristus Yesus kamu, yang dahulu “jauh” sudah menjadi “dekat” oleh darah Kristus.” Kita yang telah menerima darah Kristus, semoga, tidak menjauh, apa pun situasi yang kita hadapi.

Shalom.